Kamis, 05 November 2009

AIR.....!


Kita adalah guru,setidaknya untuk diri sendiri.di negeri yang besar ini, kita adalah sebagian kecil dari kelompok-kelompok pengajar yang ikut membangun Indonesia. Dari ruangan kecil di sebuah kota yang jauh dari Ibu kota Negara kita adalah penentu masa depan bangsa.

Tapi coba kita lihat realita dari kelompok pengajar negeri ini

1. Mahasiswa yang mencontek ketika UAS, dan sebagian besar berprofesi sebagai guru

2. Guru yang mengirin jawaban UAN lewat sms kepada siswanya, karena tak ingin ada siswanya tak lulus ujian

3. Guru yang meninggalkan muridnya pada saat mengajar hanya untuk urusan pribadi

4. Guru yang mengajar anak didiknya dengan kekerasan.

Dan masih banyak realita negeri ini yang memprihatinkan tentang guru, dan sudah seharusnya guru atau pengajar di negeri ini memiliki sifat seperti air dalam kehidupan sehari-hari. Air memiliki sifat-sifat yang diperlukan dalam kehidupan. Pertama, air itu menghidupkan. Air dapat mengghidupkan pepohonan yang nyaris mati. Bahkan air menjadi unsur penting penciptaan manusia. Begitu juga dengan guru. Guru adalah menghidupkan. Di tengah krisis moral bangsa dengan ditandai antara lain banyaknya pejabat yang sesungguhnya berilmu, jebolan perguruan tinggi namun berperilaku korup, diperlukan gerakan penyelamatan. Gerakan penyelamatan yang efektif adalah melalui institusi sekolah. Dengan segenap peran guru, guru dapat membangkitkan siswa yang ”kering” dari moral, ”hilang” dari nilai-nilai luhur. Guru dapat tampil menjadi sosok yang selalu diingat siswa. Siswa sebenarnya selalu mengingat gurunya dalam dua dimensi. Dimensi kebaikan dan keburukan. Guru dikenang oleh siswa karena kebaikannya. Guru dibenci siswa karena keburukannya. Buruk perangainya, buruk cara mengajarnya, buruk juga dalam penguasaan keilmuannya.

Kedua, air itu bermanfaat. Tanpa air, kehidupan akan mati. Dengan air kehidupan menjadi bermanfaat. Begitu juga dengan guru. Guru harus bermanfaat bagi para siswanya. Ada hadits dari Nabi Muhammad ”Khairunnaas anfauhum linnaas” Sebaik-baik manusia adalah yang terbaik buat sesama. Sebaik-baik guru berarti yang mmberikan kemanfaatan buat sesama. Manfaat terbesar dari guru kepada siswa adalah bentukan karakter siswa. Tengoklah misalnya tokohtokoh besar bangsa kita, KH. Agus Salim, KH Ahmad Dahlan, bahkan tokoh pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro. Mereka besar karena karakter. Nama besar mereka lahir dari bentukan karakter yang tepat. Bagaimana mungkin anak-anak yang kemarin lulus UN dan berasal dari buah mencontek atau terbantu oleh ”oknum guru” menjadi lebih baik pada masa depannya? Bukankah ada pepatah mengatakan ” guru kencing berdiri, murid kencing berlari’

Ketiga, air itu mengalir ke daerah yang rendah. Maknanya air itu bersifat merendah. Guru pun demikian. Punya kerendahan diri. Ilmu yang dimilikinya didedikasikan untuk kehidupan para siswa. Kehidupan anak di sekolah sejak TK, SD, SMP, dan SMA, sangat diwarnai dengan kehadiran guru di sekolah. Karakter guru yang rendah hati menunjukkan ia tidak sombong. Kesombongan akan melahirkan keserakahan. Keserakahan akan menyebabkan penderitaan banyak orang. Guru yang berhasil mendidik para siswanya untuk memiliki kerendahan hati, akan dicontoh oleh siswanya. Dipraktikkan dalam kehidupan para siswanya. Pada gilirannya akan terlihat gelombang komunitas siswa yang rendah hati. Sebaliknya, kesombongan membuat manusia celaka. Lihatlah bagaimana akhir kisah Firaun. Akhir kisah raja-raja atau pengausa yang sombong, akan jatuh menderita, tersungkur penuh hinaan. Mereka yang kalah, persis seperti peribahasa ”bagai kacang lupa akan kulitnya.”

Keempat, air itu menyembuhkan. Ya, sebagaimana kaisar Jepang saat bom atom dijatuhkan Amerika Serikat ke Hiroshima dan Nagasaksi 64 tahun yang lalu. Sang kaisar tidak bertanya berapa jumlah korban, berapa gedung yang tersisa, melainkan yang ditanya pertama kali adalah ”Berapa orang guru yang tersisa atau yang masih hidup?” Ya sebuah pertanyaan yang mengisyaratkan bahwa guru adalah faktor penting pembangunan peradaban yang hancur menjadi tumbuh tegak dan berhasil. Itulah guru yang harus memiliki karakter menyelamatkan. Menyelamatkan dari keterbelakangan daya saing bangsa. Guru yang memahami pentingnya sifat air ini, tidak akan pernah surut melangkah dalam aktivitas mendidiknya. Baginya aktivitas mendidik adalah jihad berbasis pendidikan. ”Saya selalu belajar. Kita tidak akan pernah selesai menjadi murid. Masyarakat selalu berubah. Sebagai seorang guru, jika kita tidak bersedia belajar, maka kita akan tertinggal.” kata Nancy McRoberts guru teladan dari Kansas USA (Senneth, 2003)

Menjadi guru seperti air memang tidak mudah. Namun, selalu berusaha memperbaiki kualitas diri akan membawa pada perubahan yang lebih baik. Asalkan tetap teguh dengan idealisme menjadi guru kehidupan sehingga tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan sesaat.

Pesan dari salah satu sahabat yang ada di inbox emailku.....Selamat berjuang guru....Salam revolusi nurani..... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar